
Bulan juni jakarta punya hajat. tepat tanggal 22 ibu kota negeri kita itu akan merayakan hari jadinya yang ke-483. sebagai salah satu penghuninya, jakarta merupakan kota yang menarik. karena di kota ini, kesempatan begitu terbuka. baik kesempatan melesat tinggi ke awan, atau terperosok ke keadaan paling hitam yang tak pernah terbayangkan.
sampai kini, kota ini masih menjadi magnet mayoritas penduduk daerah untuk mengadu nasib. termasuk aku. pertama kali ke jakarta aku menumpang kereta senja utama. di pagi buta itu aku memijakkan kaki di stasiun gambir. dan orang pertama yang aku lihat melintas adalah pemulung.
ironis, di bawah terang benderang lampu jalanan dan gedung-gedungnya yang menjulang tampak laki-laki tua telanjang kaki mengais-ngais sampah di pinggir jalan. benarkah sekeras itu ibu kota? aku masih berharap ibu kota lebih kejam dari ibu tiri yang sering aku dengar tak terbukti.
seperti cerita di film-film indonesia tahun 80an, segera aku mencari lowongan kerja. tiap pagi aku membeli beberapa koran sekaligus. dengan spidol merah, aku menandai lowongan mana yang sekiranya menarik. berangkatlah aku senin pagi itu ke sebuah alamat di jalan batu tulis raya no 52, jakarta pusat.
ternyata aku tak sendiri. di sana telah berjubel banyak orang yang mengantri. surat lamaran kertas folio yang aku tulis semalam tak terpakai, aku harus membeli formulir yang telah di tentukan. dan formulir yang sudah diisi itu harus dikembalikan pada hari kami kamis. pada hari yang di tentukan itu aku kembali, sampai di sana kantornya sudah bubar.
pengalaman itu tak membuatku menyerah. karena karena aku yakin, kota ini tetap akan memberi peluang bagi yang menginginkan. dan terbukti sampai sekarang aku tak pernah berkeinginan untuk pulang. aku terlanjur menikmati apa yang di tawarkan. di kota yang dihuni 13 jutaan orang ini aku menemukan suasana yang pas.
di kota ini aku bisa menjadi anonim, tak ada orang lain yang mengenaliku. di sini juga aku tak perlu berbasa-basi berperilaku sesuai standar orang baik-baik. di tempat baru ini aku senang karena tak ada orang yang mempedulikanku. termasuk ketika merayakan ulang tahun dengan jalan kaki di hujan deras karena kecopetan.
di tengah-tengah kemacetan yang mendera, diantara banjir yang tiap bulan melanda jakarta tak pernah menyurutkan setiap penghuninya untuk menyemai mimpi-mimpinya. semua orang berlomba-lomba untuk segera lebih dulu mewujudkannya. selamat ulang tahun jakarta, kerak telor dan musik tanjidor memeriahkan keberadaanmu.
Sumber : JAK mania
Tidak ada komentar:
Posting Komentar